Geisha? Oooh, yang sempat sering muncul di TV dan menyanyikan tembang
"Jika Cinta Dia"? Eits, kalau itu sih, Geisha-nya Indonesia ya, hehe.
Geisha yang dimaksud disini adalah wanita Jepang berbedak tebal yang
menyanyi dan menari-nari di depan para tamu sambil mengenakan kimono.
Tapi kalau kamu sering dengar kata geisha dan baru sebatas itu yang kamu
ketahui, sudah saatnya untuk memperdalam wawasanmu tentang geisha yang
sebenarnya.
Istilah "Geisha" diambil dari kanji "gei" yang berarti "seni" dan "sha"
yang berarti "pelaku" atau "orang". Mereka adalah seniman penghibur
tradisional Jepang yang selain bisa menari, juga bisa menyanyikan lagu
klasik, memainkan alat musik tradisional, dan mempertunjukkan atraksi
lainnya bagi para tamu. Yang memerankannya adalah para wanita single
berparas cantik yang berusia dari remaja hingga lanjut usia, dan
meskipun umumnya yang memerankan berasal dari Jepang, kini sudah ada
wanita-wanita barat yang mengambil peran Geisha.
Seperti yang kamu ketahui, wanita-wanita yang ingin menjelma menjadi
geisha harus didandani sedemikian rupa sehingga menimbulkan imej geisha,
dan biasanya mereka harus dilatih dulu selama satu tahun sebelum
menjadi geisha yang sesungguhnya. Nah, mereka yang baru pemula biasanya
dijuluki "Maiko". Mereka kemudian menampilkan bakat mereka di beragam
tempat, mulai dari tempat spa, restoran, hotel, dan rumah-rumah Geisha.
Lepas dari semua itu, mereka harus tetap berlatih setiap hari untuk
semakin memperbaiki diri.
Di abad ke-20 ini Geisha memang agak jarang ditemukan, tetapi Geisha
sempat populer di abad ke-18 dan 19. Sering mendengar istilah "gadis
desa"? Nah, yang ini mirip dengan yang satu ini. Sebutan "si gadis
geisha" pernah menjadi julukan bagi para pemeran Geisha. Tapi jangan
salah! Sebutan ini digunakan pada masa pendudukan Amerika Serikat di
Jepang, dan nyatanya mengandung konotasi prostitusi. Di China, kata yang
digunakan adalah "yi ji", dengan pengucapan "ji" mirip seperti kanji
yang berarti prostitusi.
Loh, kenapa begitu? Karena Geisha memiliki citra sebagai seorang
'pelayan' selama mereka bekerja. Merekalah yang melayani dan menghibur
tamu - dalam konteks ini tamu pria - sehingga mereka mendapat julukan
seperti itu. Di masa penjajahan Amerika Serikat, ada sebagian Geisha di
Jepang yang melayani para tamu dengan menuangkan alkohol ke gelasnya,
dan meskipun ada yang tetap berpaku pada pertunjukan seni semata, ada
juga yang menyediakan layanan hubungan seks. Perlu diketahui bahwa makna
dan tujuan Geisha yang sesungguhnya bukanlah seperti itu. Tapi pada
akhirnya, penawaran hubungan seks dan penggunaan julukan itu berkurang
seiring waktu, sehingga kini istilah Geisha sudah dikenal sebagai seni
dalam dirinya sendiri.
Penulis: Carolin
Geisha = 芸者
Tidak ada komentar:
Posting Komentar